Ia mengharapkan agar ada penambahan masker sehingga bisa dibagikan ke masyarakat secara gratis.
Pihaknya sudah mengajukan permintaan kepada pihak provinsi sehingga masyarakat bisa terbantu.
"Kepada masyarakat diharapkan bersabar dan tetap waspada menjaga kesehatan sebab asap kabut ini sudah cukup mengkhawatirkan," imbaunya.
Ia mengatakan kepada orang tua agar membatasi balita dan anak-anak untuk melakukan aktifitas di luar rumah. Sebab, daya tahan balita dan anak-anak masih lemah dibandingkan orang dewasa.
Pihaknya terus memantau kabut asap ini dan dari laporan pantauan kabut asap ini masih dalam kewajaran. Artinya, belum masuk ambang mengkawatirkan.
"Kami masih lihat perkembangan kedepannya. Jika semakin parah maka kami akan melakukan penanganan dengan cepat," katanya.
Ia mengingatkan masyarakat harus tetap waspada karena kabut asap bisa merusak kesehatan warga. Seperti sesak nafas atau Inspeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), batuk, dan penyakit lainnya.
"Hingga saat ini belum ada laporan dari masyarakat tentang penyakit ISPA disebabkan kabut asap. Namun kami tetap waspada dan menjaga kesehatan," katanya.
Salah seorang warga Kinali, Hasbi Tan Mudo menyayangkan tindakan Dinas Kesehatan Pasaman Barat yang lamban menanggulangan kabut asap ini. Apalagi saat ini masyarakat membutuhkan masker sementara Dinas Kesehatan tidak memiliki stok.
"Saya sudah cari di sejumlah apotik terdekat di Simpang Ampek namun tidak ada. Saya baru mendapatkannya di klinik kantor bupati dengan harga Rp2.000 per buah," katanya.
Ia mengharapkan antisipasi cepat dari Dinas Kesehatan terutama pembagian masker. Jangan hendaknya jatuh korban dulu baru masker dibagikan.
Warga lainnya, Yenni mengatakan kabut asap tidak saja mengakibatkan jarak pandang terganggu tetapi juga hawa panasnya tidak seperti biasa dan membuat badan mengeluarkan keringat.
"Jarak pandang berkisar 100 sampai 500 meter. Matahari tidak nampak karena tertutup kabut asap sedangkan cuaca terasa panas menyengat," katanya.
Ia mulai mengkhawatirkan dengan cuaca saat ini karena bisa berdampak buruk pada kesehatan. Tidak saja mata terasa perih tetapi juga penyakit lainnya seperti Ispa.
"Kami menduga kabut asap di Pasaman Barat ini berasal dari kebakaran hutan di Provinsi Riau atau Batam," katanya. (*/alt/jno)
Berita Pasaman Barat - ANTARA Sumbar
Posting Komentar