Ia mengatakan anjloknya harga TBS tentu saja harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah. Apa yang salah dengan semua ini. Apakah memang harga CPO turun atau memang ada yang mempermainkan harga ditingkat bawah.
Petani lainnya, Mir (41) mengatakan pemerintah harus mengambil sikap dengan anjloknya harga kelapa sawit. Selain itu para pabrik juga harus bisa menjelaskan kepetani kenapa harga sawit terlalu jauh turunnya.
"Kami petani ingin harga sawit kembali stabil. Jika ada kesalahan kualitas maka akan kami perhatian kedepannya," ujarnya.
Dia menyebutkan pemerintah harus bersikap tegas dengan kondisi ini. Jangan hendaknya yang selalu diperjuangkan hanya petani tergabung dalam plasma atau kelompok tani saja tetapi nasib petani yang tidak tergabung malah dibiarkan menderita dengan harga yang rendah.
"Jika ada perbedaan kualitas tentu tidak sejauh itu. Kami mengharapkan juga peran pemerintah untuk menertibkan agen sawit liar yang bisa menentukan harga ditingkat bawah. Apakah semua agen memiliki izin," tanyanya.
Ketua DPRD Pasaman Barat, Daliyus K mengatakan pihaknya saat ini sedang membuat jadwal pertemuan dengan pihak terkait persoalan harga sawit yang terlalu turun dibandingkan harga sawit yang tergabung dalam plasma.
"Jika nanti sudah terbentuk maka kita akan memanggil pihak perusahaan atau pabrik, asosiasi petani kelapa sawit, dinas perkebunan dan pihak terkait lainnya," tegasnya.
Menurutnya, alangkah baiknya pihak yang berkepentingan duduk bersama membicarakan persoalan harga kelapa sawit. Mari cari solusi untuk kepentingan bersama.
Informasi dilapangan harga kelapa sawit milik petani berbeda jauh dengan harga sawit yang bermitra dengan perusahaan sawit yang ada.
Jika harga sawit pada kelompok tani atau plasma berkisar Rp1.300 sampai Rp1.800 / kilogram maka harga sawit ditingkat petani berkisar Rp600 sampai Rp800/kilogram. (*/alt)
Berita Pasaman Barat - ANTARA Sumbar
Posting Komentar